Selasa, 25 November 2014
KINCIR ANGIN BELANDA
Belanda sangat terkenal dengan tradisi kincir angin. Awalnya, kincir angin yang dikembangkan Belanda sejak abad ke-13, penggunaannya hanya untuk mengatasi masalah banjir. Sebagai negara yang sebagian besar wilayah daratannya lebih rendah dari permukaan laut, Belanda memang rawan banjir, Itu sebabnya, selain membangun bendungan-bendungan skala besar, Belanda juga memanfaatkan kincir angin untuk mengatur aliran air.
Belakangan, sekitar tahun 1973, kincir angin modern atau turbin angin dimanfaatkan oleh Belanda sebagai alat pembangkit energi listrik. Berdasarkan informasi yang dirilis dari Radio Netherland, perkembangan kincir angin/turbin yang dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik awalnya dikembangkan di Desa Kamperduin. Para pakar energi angin dari Pusat Energi Belanda, ECN, berperan penting dalam mengembangkan energi listrik tenaga angin tersebut. Khususnya pascakrisis energi yang sempat melanda dunia pada dasawarsa 1970-an.
Dimotori oleh pakar energi angin, Chris Westra, pada awal tahun 1970-an mereka aktif berpartisipasi mengembangkan sistem energi tenaga angin untuk memasok listrik bagi sekitar 27 ribu rumah tangga di wilayah sekitar Kamperduin. Dalam perkembangannya, kincir angin pembangkit listrik tak hanya di bangun di daerah daratan. Tetapi juga di laut, tepatnya di daerah-daerah lepas pantai.
Empat kincir angin pertama yang dibangun di lepas pantai, berada di Desa Kinderdijk yang berkapasitas satu megawatt (MW). Sayang, belakangan perkembangan kincir angin sebagai penghasil energi listrik di Belanda justru tersendat. Sejumlah perusahaan-perusahaan energi yang menjadi produsen listrik tenaga angin merasa bahwa harga listrik yang dihasilkan dari kincir angin tersebut relatif mahal. Inilah yang disayangkan sebagian warga Belanda yang sempat merasakan manfaat listrik dari tenaga angin tersebut.
Namun, para pakar energi dari ECN sangat optimis bahwa pembangkit listrik tenaga angin memiliki prospek yang cerah di masa depan. Pasalnya, para pakar energi angin tersebut meyakini tingginya kecepatan angin di Belanda, khususnya di daerah-daerah lepas pantai.
Sekarang, diperkirakan ada sekitar 1.879 turbin angin darat (onshore wind power) penghasil energi listrik yang dipasang di Belanda, dengan total kapasitas mencapai 1.993 MW. Turbin angin terbesar Angin pertanian darat terbesar terletak di Eemshaven di Groningen, bagian utara Belanda.
Selain turbin angin darat Belanda juga membangun turbin angin penghasil listrik di laut (offshore wind power). Seperti turbin angin yang berada di Desa Kinderdijk yang berkapasitas satu megawatt (MW) dengan investasi sekitar 272 juta dolar Amerika oleh Royal Shell Belanda dan Nuon. Bahkan, pada 2008 di lepas pantai IJmuiden perusahaan energi Econcern dan Eneco membangun lagi turbin angin dengan total investasi senilai 522 juta dolar Amerika. Diperkirakan listrik yang dihasilkan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan 125.000 rumah tangga. Kapasitas energi listrik yang di hasilkan dari satu kincir angin dengan baling-baling berdiameter 127 meter di Belanda yang berada di offshore, diperkirakan mampu menghasilkan listrik sekitar 6 MW.
Beberapa tahun belakangan, seperti disebutkan oleh pakar energi angin di Belanda, jumlah listrik yang berasal dari energi angin di sana semakin menyusut. Tahun 2010, listrik yang dihasilkan turbin angin Belanda berkurang sekitar 13 persen. Kondisi angin yang kecepatannya berkurang pada tahun lalu, disinyalir menjadi penyebab turunnya kapasitas produksi tersebut.Termasuk tentu saja pengaruh dari berkurangnya minat perusahaan-persuhaan energi di Belanda untuk mengembangan energi angin yang dianggap masih mahal.
Hanya saja, sepanjang 2010 masih ada pertumbuhan turbin baru di Negara tersebut yang diperkirakan mencapai pertumbuhan 30 MW atau secara persentase tumbuh sekitar 1,3% pada 2010 dibanding tahun sebelumnya.
Memang, kendati merupakan negara yang terkenal sebagai “Negeri Kincir Angin”, Belanda bukan termasuk negara yang terdepan dalam pemanfaatan energi angin. Negara yang memiliki luas wilayah 41.526 kilometer persegi tersebut, tidak masuk dalam tiga besar negara penghasil energi angin terbesar di dunia. Belanda masih tertinggal dari China, Amerika Serikat, Jerman, dan Denmark dalam pemanfaatan energi listrik tenaga angin.
Walaupun demikian, ke depan, Belanda tampaknya tetap akan berupaya meningkatkan pemanfaatan energi listrik tenaga angin untuk memasok kebutuhan listrik bagi warganya. Rencananya, hingga 2020 mendatang, negara yang memiliki empat musim tersebut menargetkan dapat membangun kincir pembangkit listrik tenaga angin berkekuatan 6.000 MW. Lokasi yang dipilih untuk pembangunan awal, akan terletak di lepas pantai laut utara dan IJselmeer pada sekitar 65 titik pembangunan.
Di sisi lain, secara global, pemanfaatan angin sebagai energi terbarukan sampai saat ini telah mencapai 159 GW atau setara 2% konsumsi listrik dunia. Angka tersebut diharapkan akan meningkat menjadi 200 GW pada akhir 2010. Amerika, China, Jerman dan Spanyol merupakan negara paling besar yang memanfaatkan energi angin, baik onshore maupun offshore.
Seiring dengan upaya mengurangi emisi gas buang, ke depan energi angin merupakan salah satu energi alternatif yang berupaya dikembangkan oleh negara-negara maju termasuk Belanda. Angin merupakan sumber energi yang relatif bersih dan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) atau gas-gas lain yang berperan dalam pemanasan global. Angin juga tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan ataupun manusia.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, terbukti bahwa turbin angin efektif mengurangi emisi CO2, gas utama penyebab efek rumah kaca. Turbin angin tunggal dengan daya 750 kW (kilo Watt), mampu menghasilkan sekitar dua juta kWh (kilo watt hour) daya listrik selama setahun. Setiap turbin angin biasa akan mencegah emisi sebesar 2 juta kWh x 1,5 pon CO2/kWh =3 juta pon CO2 atau 1,5 ton CO2 pertahun.
Komitmen pemerintah Belanda untuk mengembangkan energi angin, merupakan bagian dari upaya negara itu dalam meningkatkan energi terbarukan. Apalagi, saat ini sumber utama bahan baku kelistrikan negara tersebut masih didominasi oleh energi-energi fosil. Pada akhir 2010 lalu, diharapkan kontribusi energi terbarukan di negara itu diharapkan akan mencapai sekitar 9% dari total energi nasional mereka.
Selain energi angin, beberapa energi alternatif lain juga terus dikembangkan di negeri Ratu Beatrix. Salah satunya adalah sistem pembangkit listrik tenaga sampah. Di Belanda, Afval Energie Bedrijf menjadi perusahaan terbesar penghasil energi listrik berbasis sampah. Kini, perusahaan tersebut menjadi perusahaan pengolah sampah terbesar di dunia yang mampu menghasilkan energi listrik untuk memenuhi sekitar 320.000 rumah tangga dan listrik seluruh di Amsterdam. ■
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar