Dari kejauhan terdengar bunyi bel sekolah yang menandakan jam
pelajaran akan segera dimulai, para siswa berlari agar tidak terlambat
melewati gerbang, begitu juga aku dan rendi, kami berlari sekencang
mungkin karena kami yang paling jauh dari gerbang bila gerbang sudah
tertutup dan kami belum masuk, kami tak akan diizinkan masuk kelas
sebelum jam istirahat yaitu jam sembilan, itulah peraturan yang
diterapkan di sekolahku ini.
Gerbang sedikit demi sedikit mulai tertutup, aku dan rendi tetap
berlari namun karena jarak kami dengan gerbang masih jauh akhirnya kami
tertinggal di luar gerbang, pak joko tukang kebun yang saat itu bertugas
menutup gerbang tidak memberi keringanan pada kami, ia mengunci gerbang
dan pergi ke dapur sekolah untuk menyiapkan pekerjaannya.
“sial! gerbangnya sudah ditutup, padahal kita lari kenceng banget” kata rendi dengan nada kesal
“sudah kita tunggu saja sampai jam istirahat” kataku mencoba menenangkan rendi
“kamu si enak vik! gak ada ulangan, aku ada ulangan matematika jam
pertama kalau aku gak ikut sekarang nanti aku ulangan sendirian, kalau
aku ulangan sendirian gimana kalau aku gak bisa! aku nyontek dimana
coba?”
“haha, kamu ini otak-otak nyontek! emang tadi malem kamu enggak belajar ren?” tanyaku sambil tertawa
“aku udah belajar, tapi jam delapan aku ditelpon selly jadi aku belajarnya cuma sebentar”
“kamu sih, udah tau mau ulangan malah telpon-telponan, jangan pacaran terus!”
“akh! kaya kamu gak saja vik, kamu juga pacaran terus kan! Kemarin pas
pulang sekolah kamu jalan sampai maghrib sama tia, kemana aja kamu pergi
sampai maghrib?”
“kemarin aku sama tia pergi ke toko buku, cari novel yang baru terbit,
dari toko buku aku dan tia belajar di rumah tia, jam lima aku pulang
nyampe rumah maghrib” jawabku sambil tersenyum
“belajar apa belajar? haha” tawa rendi mengejekku
Kami berdua asyik mengobrol di luar gerbang, tak lama kemudian terlihat
dari sela-sela gerbang pak awal berjalan mendekati kami, pak awal adalah
guru BK yang sangat killer, tak ada yang berani membantah kata-kata pak
awal karena sekali bantahan hukumannya akan ditambah.
“kamu lagi kamu lagi! gak ada kapok-kapoknya kamu vik terlambat terus” kata pak awal sambil membuka kunci gerbang
Tanpa menjawab aku hanya tertunduk diam tak berani melihat muka pak awal
sedangkan rendi berdiri di belakangku sambil sibuk membuka buku agar
terlihat sedang membaca buku
“kamu juga ren, mau ikut-ikutan viki jadi anak malas?”
“Engga pak, aku kan baru terlambat dua kali” jawab singkat rendi
“kamu ini sukanya membantah, sudah sekarang kalian masuk! saya kasih
hukuman, kalian cari pak joko di ruangan dapur pinjam ember dan kalian
siram semua tanaman yang ada di lingkungan sekolah, setelah kalian
selesai lapor ke ruangan BK” kata pak awal memberi hukuman
“baik pak” jawab kami serentak
Pak awal beranjak pergi dari depan kami, dan kami berjalan menuju
ruang dapur dengan perasaan marah tapi kami tidak berani protes
“menyebalkan! Kalau saja yang menyuruh bukan pak awal sudah kubantah tadi” kataku dengan nada marah
“Seperti yang kau katakana, aku juga akan melakukan hal yang sama kalau
itu bukan pak awal, pak awal terkenal guru paling killer di SMA ini, gak
ada yang berani berargumen dengannya, padahal dia disini guru baru
masih muda tapi songong banget” sambung rendi
Sesampainya di dapur mereka mengambil ember dan langsung mengelilingi
sekolahan untuk menyiram semua tanaman, mereka berpencar agar hukuman
mereka cepat selesai, rendi di bagian depan dan aku di bagian belakang,
saat aku menuju taman belakang aku bertemu dengan selly
“eh kamu vik, kayanya lagi rajin nih, berangkat sekolah aja bawa ember, haha” ejek selly sambil tertawa
“kamu sell, ada temen lagi kesusahan malah diejek bukannya dibantuin”
“iya iya maaf vik, lagi ngapain kamu kenapa bawa ember?”
“biasa sell, kena hukuman sama pak awal, disuruh nyiram seluruh tanaman di sekolah ini”
“owh, mau aku bantu vik? barangkali kamu cape?” kata selly menawarkan bantuannya
“lah emang dikelas gak ada guru sel?” tanyaku pada selly
“iya gak ada vik! Bu indah lagi rapat di kantor dinas pendidikan”
“alhamdulilah, jadi gak ada materi yang tertinggal”
“sudah sini tak bantuin!” ucap selly menawarkan bantuan lagi
“enggak usah! sana kamu bantuin rendi aja, rendi lagi nyiram tanaman di taman depan”
“ah… males jauh! mendingan bantu kamu aja, terus dari pada di kelas cuma bengong”
“ya udah kalau mau bantu ayo ke taman belakang” jawabku mengajak selly,
selly adalah teman dekatku dari kelas XI, kami dekat sebelum aku dan tia
pacaran, kini selly pacaran dengan rendi, tapi walau kami sudah punya
pacar masing-masing kami masih sering pergi berdua karena kebiasaan
sebelum kami punya pacar sendiri-sendiri.
Akhirnya kami sampai di taman belakang dan kami berdua saling bantu
menyiram tanaman, setelah beberapa lama kemudian rendi datang dengan
tangan yang memegang ember kosong dia telah selesai menyiram taman depan
dan hendak membantuku menyiram taman belakang
“enak ni! berduaan di taman belakang” sindir rendi dengan muka kesal,
kami berdua yang sedang asyik menyiram tanaman menengok ke belakang
karena mendengar suara rendi, saat itu selly terlihat kebingungan tanpa
bicara apapun selly pergi meninggalkanku dan rendi, aku tak tau apa yang
sebenarnya sedang terjadi antara mereka berdua
“enak yah dihukum malah berduaan di taman belakang, kaya orang pacaran aja” kata rendi terlihat cemburu
“kenapa kamu ngomong kaya gitu ren, selly cuma bantuin aku, aku juga
sempet ngelarang dia dan nyuruh dia bantuin kamu di taman depan” jelasku
menenangkan rendi
“terus kenapa dia tetep bantuin kamu, hah! hukumanku sekarang udah
selesai dan aku mau lapor ke ruang BK” kata rendi dengan nada mulai naik
sambil berjalan meninggalkanku, sepertinya rendi cemburu melihat aku
dengan selly yang tampak akrab.
Aku pun mengikuti rendi yang hendak melapor ke ruang BK, setelah
melapor kami masuk ke kelas masing-masing karena aku dengan rendi tidak
satu kelas. Setelah masuk kelas aku melihat selly yang sedang muram tapi
ketika melihatku dia tersenyum dan aku membalas senyumannya.
Bel pulang sekolah berdering menandakan selesainya jam pelajaran, aku
keluar kelas dan tiba-tiba dari belakangku tia muncul dan menarik
tanganku menuju belakang kelas, tak seperti biasanya tia menarikku
seperti ini, sepertinya dia sedang marah.
“mau kamu apa sih vik!” Tanya tia membentak
“maksudnya apa ya? Aku gak ngerti” jawabku kebingungan
“kalau kamu suka sama selly jadian aja sana dan putusin aku, jangan bikin aku terus-terusan cemburu!”
“maksud kamu apa ngomong kaya gitu, selly itu pacar rendi dan emang kamu cemburu kenapa?”
“aku tau dari lina temen deket selly, setiap kamu smsan sama selly pasti
selly cerita dan dia juga sering cerita tentang kamu, terus kamu juga
masih sering jalan sama selly kan! Aku udah sabar vik, tapi kamu gak
ngerti!” ucap tia dengan muka marah dan seakan menahan air mata, saat
itu aku tak tau harus berbuat apa, harus berkata apa? di samping aku
ingin mempertahankan hubunganku dengan tia, tapi memang aku lebih nyaman
saat jalan dengan selly, aku merasa senang ketika tia bilang bahwa
selly sering cerita kepada temannya tentang aku.
“kami itu temenan dari kelas dua ya, sebelum aku kenal sama kamu, aku
sudah kenal sama selly, aku lebih dulu deket sama selly dari pada sama
kamu dan sampai sekarang aku gak ada hubungan sama selly” jawabku
mencoba menenangkan tia yang mulai meneteskan air mata,
“iya aku tau vik kalian cuma temen, tapi nyadar gak sih! Kalian itu kaya
orang pacaran!” bentak tia lalu berlari meninggalkanku. Aku tak tau
mengapa saat itu aku tak mengejar tia, aku cuma duduk di kursi belakang
kelas sembari melihat ke langit yang mulai redup karena mendung, aku tak
tau dengan perasaanku dan aku tak percaya dengan perasaanku, sungguh
aku masih menyayangi tia tapi sepertinya aku juga mulai menyayangi
selly, kini cintaku telah bersegi tak seperti dulu, mengapa rasa itu
timbul ketika aku dan selly telah punya pacar masih-masing, mengapa
tidak dari dulu waktu kita masih sama-sama sendiri, aku tak tau harus
berbuat apa aku tak ingin merusak hubungan selly dan rendi, aku juga tak
ingin merusak hubungan selly dan tia yang bersahabat dari SMP, kini aku
berada dalam dilema yang membuatku tak nyaman, sungguh menyebalkan!
Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah seperti biasanya tapi aku
tidak berangkat bersama rendi, saat aku ke rumah rendi, rendi telah
berangkat lebih pagi dari biasanya, waktu istirahat aku berniat mencari
rendi di kelasnya tapi sebelum sampai aku bertemu rendi di kantin, aku
menghampiri rendi yang saat itu sedang makan
“wih, enak ni makan mie gak ngajak-ngajak!” ucapku sambil menepuk bahu rendi
“eh, kamu vik, ngagetin aku aja” jawab rendi menoleh
“kenapa kamu ren? kayanya lagi ada masalah sampe muka ditekuk gitu kaya
kertas contekan yang udah gak dipake, haha” tanyaku sambil mencoba
menghibur rendi
“aku putus sama selly, selly udah gak sayang aku lagi, dia beda gak sama kaya pertama pacaran”
“lho kok sampe putus? terus yang mutusin siapa?”
“aku vik, aku gak bisa jalanin hubungan kalau udah gak ada rasa sayang lagi”
“kenapa kamu bisa bilang dia gak sayang kamu lagi? emang dia ngelakuin apa?”
“saat aku bilang putus, dia jujur kalau dia udah gak sayang aku lagi,
dia bilang kalau dia gak nyaman pacaran sama aku, katanya aku terlalu
posesif dan egois, aku sih terima alesan dia karena aku juga ngerasa
kalau aku itu posesif, saat kita terlambat kemarin pas aku cerita lagi
belajar dan selly nelpon itu sebenarnya kita lagi ribut, bukan lagi
asyik pacaran lewat telpon” saat rendi bercerita aku merasa bersalah
pada rendi karena tanpa sepengetahuan rendi aku masih sering pergi
dengan selly, akhirnya aku jujur pada rendi walau sebenarnya aku takut
kalau rendi marah padaku tapi ternyata rendi telah tau semuanya.
“aku mau jujur ren, sebenarnya aku sering ja…” ucapanku terpotong oleh rendi
“iya vik, aku udah tau, kamu gak usah cerita lagi, aku tau semuanya dari
tia, kemarin pas di jalan mau pulang sekolah aku liat tia nangis jadi
aku ajak dia ke taman kota, disitu tia cerita semuanya dan tia bilang
kalau dia sayang banget sama kamu, inget vik! dia itu cewek, kalau aku
masih bisa nahan rasa sedih aku putus sama selly tapi tia itu cewek vik,
hati dia terlalu lembut untuk disakiti dan aku juga denger dari tia
kalau selly sering cerita tentang kamu ke temen-temennya, aku juga
ngerasa kalau selly suka sama kamu, sekarang semuanya ada di tangan kamu
vik, lakuin hal yang terbaik buat mereka berdua jangan cuma pikirin
diri kamu sendiri, jangan cuma pikirin yang terbaik buat kamu, kamu yang
bikin keadaannya jadi seperti ini, sebenarnya aku juga marah sama kamu,
tapi apa artinya aku marah kalau gak ngerubah keadaan jadi lebih baik,
inget vik kata-kata aku ini, jangan bikin keadaan jadi lebih sulit buat
kamu!” aku merasa malu mendengar kata-kata rendi, aku tak menyangka
rendi bisa sedewasa itu dan kini aku harus benar-benar berfikir dengan
jernih, harus mengambil keputusan yang benar tanpa mengedepankan
egoisku.
Waktu istirahat telah selesai dan kami menuju kelas masing-masing,
saat pelajaran aku tak bisa fokus karena selalu terfikir masalah yang
sedang aku alami, begitu juga dengan selly yang terlihat melamun dan tak
mendengarkan pelajaran, disitu aku berfikir betapa mengganggunya
perasaan ini, mungkin tia dan rendi pun demikian, mereka tak konsen
dengan pelajarannya, apa yang telah aku lakukan? aku membuat orang-orang
yang selalu ada untukku menjadi tak konsen dengan pelajarannya, padahal
sebentar lagi kami akan melaksanakan ujian nasional.
Pulang sekolah aku ke rumah tia, saat itu tia sedang membaca novel
yang dua hari lalu aku belikan, tia menyambut kedatanganku dengan senyum
dan langsung membuatkanku minuman
“nih vik, diminum es tehnya!”
“iya ya makasih! nanti tak minum kok, ini belum haus” aku berfikir
bagaimana caranya memulai percakapan ini, aku tak ingin membuat
kesalahan lagi yang akan menambah keruh keadaan
“em… aku minta maaf ya tentang masalah kemarin, aku gak bisa nenangin
kamu, maafin aku kalau aku udah bikin kamu cemburu dan sakit hati, aku
gak peka sama kamu” tia tidak langsung menjawab dia hanya tersenyum, dia
semakin membuat aku benar-benar bingung, tak begitu lama senyum tia
berubah menjadi tangis.
“kamu tau gak vik, aku itu percaya sama kamu! Tapi kamu udah bikin aku
kecewa, aku sudah tau semuanya dari dulu dan aku juga pernah liat kalian
jalan berdua tapi aku coba tetep percaya sama kamu dan kuhapus semua
kecurigaanku, tapi hati ini gak kuat vik liat kalian akrab layaknya
orang pacaran, aku tau selly lebih mengerti apa yang kamu butuhin, dia
lebih ngertiin kamu…” ucapan tia terpotong karena dia menangis tidak
kuat menahan perasaannya dan aku memeluknya, aku hapus air matanya
dengan ibu jariku, aku benar-benar tega telah menyakiti perasaan tia
yang menyayangiku dengan tulus.
“aku gak tau semua itu ya, pasti sakit kalau aku jadi kamu, mungkin aku
gak bakalan sekuat kamu, gak bakalan setegar perasaan kamu, mungkin
maafku gak cukup buat ngilangin sakit hati kamu, jujur aku masih sayang
sama kamu, tapi kini aku juga mulai sayang selly, aku gak tau kapan
perasaan ini berubah dari persahabatan menjadi rasa suka, ini bukan
keinginanku ya, dulu aku menganggap selly hanya seorang adik tak lebih,
karena dulu aku punya adik yang meninggal karena kecelakaan saat aku
masih SMP, aku melihat bayangan adikku pada sikap selly, aku tidak tau
sejak kapan pandanganku terhadap selly berubah menjadi rasa sayang,
mungkin salah aku jujur seperti ini yang akan membuatmu merasa lebih
sedih, tapi memang ini kenyataannya”
“aku gak bisa vik! Aku gak bisa terusin hubungan ini, cintamu telah
terbagi dan aku gak mau cintaku dibagi, terlalu sakit vik! Maafin aku,
aku udah gak mau lagi, perasaanku ini mengganggu disaat sebentar lagi
kita akan ujian nasional, lebih baik kita sudahi saja hubungan ini dan
fokus pada sekolah kita yang tinggal beberapa bulan lagi, aku maafin
kamu dan aku harap kamu juga maafin aku” aku terdiam membisu karena tak
menyangka tia akan minta putus, tapi benar apa yang dikatakan tia, bila
masalah ini terus ada kami tidak akan fokus pada sekolah kami, akhirnya
aku menerima keputusan tia, kita putus dengan baik-baik dan aku pulang
dari rumah tia dengan perasaan campur aduk, kuanggap ini sebuah
pengalaman yang sangat berharga bagiku, jangan pernah tidak jujur kepada
orang yang selalu jujur pada kita dan hargai perasaan mereka yang
selalu tulus berada di samping kita suka maupun duka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar